April 02, 2018

Main ke Pabrik Garam

Hallo. Di tulisan kali ini saya akan menulis tentang bagaimana cara mengolah pasir garam mentah menjadi garam yang bisa kita jadikan sebagai bahan dapur. Here it is.

[ Lahan penjemuran garam ]

Jadi, awal bulan April ini saya sedang berada di kabupaten Pidie, Aceh untuk keperluan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sekaligus program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dari kampus saya. Kami menggunakan hari minggu untuk berekreasi ke pantai kota Sigli, ga jauh letaknya dari desa tempat saya tinggal, sekitar 15 menit perjalanan menuju kesana. Niat awal kesana hanya untuk program bakar-bakar ayam saja bersama teman-teman, hehe. Ternyata di sekitaran laut tersebut ada pabrik garam. Rata-rata sepanjang pesisir pantai itu pabrik garam semua cuy! Pemandangannya bagus, saking penasaran dengan pemandangan pabrik itu, saya abadikan lewat jepretan saya dari jarak jauh. Ga sampai disitu saja, saya memberanikan diri untuk masuk dan mewawancarai dua orang petani garam, tampaknya menarik. Niat awal hanya iseng, hanya untuk menghilangkan rasa penasaran saya.



[ Ngobol dengan pemilik pabrik garam ]


Kota Sigli, Pidie juga merupakan salah satu penghasil garam terbesar di Aceh. Disana terdapat banyak lahan untuk menjemur pasir garam mentah. Luas lahan yang tersedia adalah 50 x 60 m. Garam yang di produksi ini bahan mentahnya diambil langsung dari tepi pantai kota Sigli. Kemudian pasir-pasir itu di jemur selama 2 atau 3 hari 3 malam. Untuk menjadikannya sebagai garam, prosesnya dijadikan ke dalam dua jenis. Jenis pertama diolah dengan cara dimasak selama 5 jam dam jenis kedua yaitu dijemur selama 4 hari 4 malam. Di malam hari, air yang mengendap dalam pasir-pasir itu menguap ke udara.  Saat pagi hari, garam tersebut dijemur kemudian pada saat sore hari, garammnya di balik agar keringnya merata atas bawah. Kalau pasir garamnya mulai mengering, petani garam tersebut menyiramnya dengan air yang asalnya dari sumur yang digali sendiri oleh petani. Menurut petaninya, garam yang enak itu garam yang dimasak, kalau yang dijemur rasa garamnya pahit, saking asinnya. Fyi, pasir yang diambil pun bukan pasir yang kotor, bahkan di sepanjang pesisir pantai itu tidak ada anjing, otomatis pasirnya ga terkena najis. Garam yang diproduksi ini murni secara tradisional tanpa bahan kimia apapun. Jadi kalau ada berita yang bilang bahwa garam Pidie ini haram, berita ini hoax ya. Ga bener beritanya. Mungkin ini hanya permainan oknum tertentu untuk menjatuhkan home industri masyarakat Pidie agar barang dagangan mereka kurang pembeli.


[ saat sedang menggali informasi bersama ]

[ dapur garam ]

[ garam yang dimasak selama 5 jam ]


Memiliki industri rumahan seperti ini menurut saya sangat menjamin. Petani garam ini berhasil menghasilkan 80 kg garam setiap harinya, Penghasilan yang didapat oleh petani garam ini mencapai 4 sampai 5 juta perminggunya. Lumayan kan? hehe
Share:

4 comments: