Melukis rencong membuat saya mencari tau semua tentang senjata tradisional Aceh yang satu ini. Saya membaca sejarahnya hingga filosofinya. Lumayan.. nambah wawasan baru, hehe. Senjata tradisional kampung halaman saya ini memiliki simbol keberanian, identitas diri, dan ketangguhan suku Aceh. Menurut sejarah, rencong ini senjata tradisional adat yang sudah digunakan sejak masa pemerintahan kesultanan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Berbicara tentang filosofi, menurut dari berbagai sumber bacaan yang saya baca, rencong memiliki makna filosofi riligius dan keislaman. Dilihat dari bentuk gagangnya yang berbentuk huruf Arab diambil dari padanan kata Bismillah. Padanan kata tersebut bisa kita lihat pada gagang yang melekuk kemudian menebal pada sikunya. (Btw lukisan saya mirip aslinya gak sih? Haha). Gagang rencong ini merupakan aksara Arab “Ba”, bujuran gagangnya merupakan aksara “Sin”, bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya merupakan aksara “Mim”, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara “Lam”, ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit ke atas merupakan aksara “Ha”. Rangkaian dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah.
Pandai besi yang pertama kali membuat rencong ini, selain pandai maqrifat besi, beliau juga memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh sebab itu, rencong tidak digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi senjata ini hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan berperang dijalan Allah.
Saat ini rencong digunakan sebagai lambang budaya Aceh pada acara adat pernikahan yang digunakan oleh pengantin laki-laki.
0 comments:
Post a Comment