Ketika melangkahkan kaki di bebatuan pinggir laut Tapak Tuan, terlintas di pikiran saya mengenai peringatan Aca di perjalanan menuju kemari; “hati-hati nanti disana ya, beberapa bulan yang lalu ada orang yang meninggal karena ditarik sama ombak, jangan ria juga”. Saya takut. Pikiran saya kacau. Saya enggan menyebrangi jembatan papan untuk melintas ke batu berikutnya. Empat teman saya begitu penasaran untuk melihat batu tapak tuan Tapa, mereka nekat untuk menyebrang jembatan tersebut dan manjat batu besar untuk naik ke atas pondok. Kemudian Amah menenangkan saya: “tenang, Nat, ada Allah yang melindungi kita”. Seketika saya terdiam, melawan rasa takut yang ada dalam diri saya.
Sampailah kami di atas pondok, melihat pemandangan laut dan gunung yang elok, menikmati gelombang ombak yang bertingkat-tingkat kemudian meluruh hilang saat menyentuh pesisir-pesisir pantai yang menyentuh pinggir samudera Hindia, memandang tapak tuan Tapa yang berada tepat di bawah kami sembari bercerita tentang legenda kota Naga ini.
Sungguh indah ciptaan sang mahakuasa. Dan saya sangat yakin, se-ngeri apapun perjalanan, lindungan Allah tetap selalu bersama kita.
Kota Naga, 19 Januari 2017.
0 comments:
Post a Comment